BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 16 November 2009

Bisnis Ikan Hias


Indonesia memiliki banyak jenis ikan hias, baik air tawar maupun air laut. Untuk air tawar saja tak kurang dari 3.500 spesies. Hal ini menyebabkan pasar ikan hias di Indonesia tak pernah jenuh. Namun, karena budidaya yang kurang memadai dan infrastruktur yang kurang mendukung, Indonesia belum menguasai pasar ikan hias dunia.

Saat ini, pangsa pasar ikan hias terbesar masih dipegang Singapura dengan persentase sebesar 22,8 persen. Yang kedua dipegang Malaysia dengan persentase sebesar 7,9 persen. Indonesia berada pada urutan ketiga dengan persentase sebesar 7,5 persen. Kelebihan Singapura terletak pada tersedianya fasilitas penerbangan dan pelabuhan yang memadai untuk
pengiriman ikan hias langsung ke negara tujuan. Ya benar, Singapura hanya negara pengepul ikan dari negara-negara tetangganya, termasuk dari Indonesia.

Besarnya potensi dalam bisnis ikan hias ini juga sangat dirasakan Imam Syafi’i. Ia adalah petani ikan hias di daerah Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan. “Ada emas di sini,” katanya. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa menjalankan bisnis ikan hias itu perlu ketangguhan dan ketahanan mental.

Bagaimana cerita Imam Syafi’i menggeluti bisnis ikan hias ini sampai menemukan emas di dalamnya?

ikhtiar_5_ed27Memanfaatkan Kemampuan
Setelah lulus dari jurusan Perikanan IPB, ia mencoba memanfaatkan kemampuan yang dimiliki untuk membuka usaha sendiri. Langkah ini dipilih Imam karena tawaran pekerjaan yang ia terima tak satu pun menarik. Selain itu, perusahaan yang ingin mempekerjakannya berada di luar Jawa yang jauh dari tempat tinggalnya. Kebetulan juga, masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya banyak yang bertani ikan. Dengan modal seadanya, ia membudidayakan ikan lele di tempat tinggalnya, Bogor, Jawa Barat.

Lama-kelamaan ia mengenal ikan hias, namun belum tahu potensi yang besar di bisnis ini. Baru setelah ia bertemu kakak angkatan waktu kuliah dulu, potensi itu terungkap. Kebetulan kakak angkatannya itu bekerja di salah satu instansi yang mengurus karantina ikan hias.

Mulailah ia membudidayakan ikan hias, meski tak punya modal besar. “Awalnya saya kontrak 42 akuarium,” kisahnya. Segala macamnya ia kerjakan sendiri karena masih belum punya karyawan. Mulai dari pemeliharaan induk, menetaskan telur-telurnya, dan merawat anak ikan sampai ukuran yang layak jual, ia upayakan sendiri.

ikhtiar_4_ed27Bak gayung bersambut, Imam bertemu seorang investor yang menawarinya untuk mengembangkan bisnis ikan hias. Ia kemudian mendirikan Exofauna Aquatic di Pondok Cabe. Modal besar yang ia terima ternyata membawa tantangan yang besar juga. Jenis ikan yang dulu ia kembangkan di Bogor ternyata tak sesuai dengan kondisi lingkungan di Pondok Cabe.

Dua tahun pertama ia mengalami kondisi yang sulit. Ikan yang dibudidayakan tak bisa mendatangkan hasil yang signifikan. “Boleh dibilang, dua tahun pertama itu saya tak hidup,” kata bapak dua anak itu. Dari ribuan telur yang dihasilkan, hanya sedikit yang menetas. Dari yang menetas, hanya sedikit yang bisa hidup. Dari yang hidup itu, hanya sedikit yang bisa dijual. Induknya juga banyak yang mati.

Kondisi yang sulit itu tak membuatnya putus asa. Lagi-lagi, ia memanfaatkan ilmu yang dipelajarinya saat kuliah di perikanan dulu. “Kami dididik waktu sekolah dulu untuk belajar meneliti dan menganalisa letak kesalahannya.” Ia mulai melihat faktor-faktor yang berpengaruh, mulai dari kondisi air sampai pada perawatan anak ikan yang layak jual.

Akhirnya ia menemukan masalah utamanya. Jenis ikan yang dulu dikembangkannya tak sesuai dengan kondisi dan kualitas air tanah Pondok Cabe. Dari situlah ia mulai mencari jenis ikan yang paling cocok. Dan bertemulah ia dengan Corydoras, jenis ikan hias yang juga banyak diincar konsumen dari luar negeri.

Setelah ketemu ikan yang cocok untuk dikembangkan, ia menyusun standar pengelolaan, menyiapkan sumber daya manusia, dan mengatur bisnisnya. Sekarang, ia sudah memunyai lima pegawai. Empat orang di bagian lapangan, dan satu orang yang membantunya mengurus administrasi.

Bisnis itu Bekerjasama
Semakin berkembang, semakin banyak pula rekanan yang harus dibina Imam Syafi’i. Selain membudidayakan ikan untuk diekspor, suami Rimbawani itu juga mengembangkan pasar dalam negeri. Banyak kios-kios ikan hias yang membeli ikan padanya. “Langganan saya, kios-kios ikan mulai dari Pamulang, Ciputat, Legoso, sampai ke Cinere. Ada juga di wilayah BSD.”

Salah satu kunci yang turut mempermudah langkah Imam Syafi’i menjalankan bisnis ikan hias adalah membina kerjasama yang baik dengan rekanan-rekanan bisnisnya itu. Selain dengan kios-kios ikan dan pengekspor, ia juga membina hubungan yang baik dengan para petani pemasok ikan.

Cara bekerjasama yang diterapkan Imam dengan kios dan pengekspor adalah dengan memberi jaminan mutu. Ikan yang dijual harus bisa dipastikan dalam kondisi baik. Tidak dalam keadaan sakit. Packaging-nya pun juga harus baik agar bisa dilihat kondisi ikan di dalamnya.

Dengan para petani pemasok, ia menerapkan standar baku yang ketat. Ukuran ikan dan kesehatannya harus sesuai dengan standar itu. Namun Imam tak menerapkan standar itu secara serta-merta. Sebelum para petani dikenai standar mutu, Imam memberi pengarahan, bahkan memandu mereka. Ia juga membantu pengadaan induk secara cuma-cuma. “Sifatnya pinjam,” katanya. Karena, dengan sistem meminjam itu, petani lebih perhatian merawat induk-induk itu, “Mereka tahu bagaimana kewajiban orang meminjam itu.”

Dengan gaya bisnis seperti itu, Imam bisa menikmati hasil yang cukup besar. Ia bisa rutin memasok eksportir untuk dikirim ke luar negeri. Pasar dalam negeri juga berhasil ia kembangkan meski saat ini baru konsentrasi di Jakarta Selatan dan sekitarnya. Ke depan, Imam ingin lebih banyak membina petani ikan dan membuka pasar yang lebih luas lagi. « [imam]
Tips Bisnis Ikan

  1. Modal nomor satu adalah kejujuran. Misalnya ketika menyampaikan laporan keuangan bisnis kepada investor, sebenarnya tanggungjawab pelaporan itu tak hanya kepada investor saja, tetapi juga kepada Allah swt
  2. Memiliki etos kerja. Tak mudah menyerah saat mengalami kekagalan. Terus-menerus belajar dari kegagalan untuk hasil yang lebih baik.
  3. Membina kerjasama yang baik dengan rekanan.

0 komentar: